ANATOMI
FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN
Kelenjar
endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirim hasil sekresinya
langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan dan menyekresi zat kimia
yang disebut hormon. Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah
dari suatu kelenjar atau organ yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel.
Adapun fungsi kelenjar
endokrin adalah sebagai berikut :
1. Menghasilkan hormon yang
dialirkan kedalam darah yang yang diperlukan oleh jaringan tubuh tertentu.
2. Mengontrol aktivitas
kelenjar tubuh
3. Merangsang aktivitas
kelenjar tubuh
4. Merangsang pertumbuhan
jaringan
5. Mengatur metabolisme,
oksidasi, meningkatkan absorbsi glukosa pada usus halus
6. Memengaruhi metabolisme
lemak, protein, hidrat arang, vitamin, mineral, dan air.
Kelenjar Endokrin dan Hormon Yang
Dihasilkan
a.
Kelenjar hipofisis ( lobus anterior ) :
-
hormon pertumbuhan ( somatotropin )
-
thyroid-stimulatin hormon ( TSH )
-
adrenokortikotropin ( ACTH )
-
follicle-stimulating hormon ( FSH )
-
luteinizing hormon ( LH )
-
prolaktin
b
Kelenjar hipofisis ( lobus posterior ):
-
antidiuretik ( vasopresin )
-
oksitosin
c.
Kelenjar tiroid :
-
tiroksin
-
kalsitonin
d.
kelenjar paratiroid :
-
parathormon
e.
kelenjar adrenal :
-
korteks : mineralokortikoid, glukokortikoid, dan hormon seks
-
medula : epinefrin, dan norepinefrin
f.
kelenjar pankreas :
-
insulin
-
glukagon
-
somatostatin
g.
ovarium :
-
estrogen
-
pogesteron
h.
testis :
-
testoteron
Kelenjar Hipofisis
Hipofisa
merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam
struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Hipofisis mengendalikan fungsi
dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya, sehingga disebut kelenjar
pemimpin, atau master of gland. kelenjar hipofisis terdiri dari dua lobus,
yaitu lobus anterior dan lobus posterior.
1. Fungsi hipofisis anterior
( adenohipofise )
menghasilkan sjumlah hormon
yang bekerja sebagai zat pengendali produksi dari semua organendokrin yang
lain.
·
Hormon pertumbuhan (somatotropin ) : mengendalikan pertumbuhan tubuh (tulang,
otot, dan organ-organ lain).
·
Hormon TSH : mengendalikan pertumbuhan dan aktivitas sekretorik kelejar tiroid.
·
Hormon ACTH : mengendalikan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan kortisol
yang berasal dari kortex suprarenal.
·
Hormon FSH : pada ovarium berguna untuk merangsang perkembangan folikel dan
sekresi esterogen. Pada testis, homon ini berguna untuk merangasang pertumbhan
tubulus seminiferus, dan spermatogenesis.
·
Hormon LH : pada ovarium, untuk ovulasi, pembentukan korpus luteum, menebalkan
dinding rahim dan sekresi progesteron. Dan pada testis, untuk sekresi
testoteron
·
Hormon Prolaktin : untuk sekresi mamae dan mempertahankan korpus luteum selama
hamil.
2. Fungsi hipofisis posterior
·
Anti-diuretik hormon (ADH): mengatur jumlah air yang melalui ginjal, reabsorbsi
air, dan mengendalikan tekanan darah pada arteriole
·
Hormon oksitosin : mengatur kontraksi uterus sewaktu melahirkan bayi dan
pengeluaran air sususewaktu menyusui.
Kelenjar Tiroid
Tiroid
merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak di leher,
tepat dibawah jakun. Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak terlihat dan
hampir tidak teraba, tetapi bila membesar, dokter dapat merabanya dengan mudah
dan suatu benjolan bisa tampak dibawah atau di samping jakun. Kelenjar tiroid
menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh.
Hormon tiroid mempengaruhi
kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara
1.
Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein
2.
Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.
Atas pengaruh hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar hipofisis lobus anterior, kelenjar tiroid dapat
memproduksi hormon tiroksin. Adapun fungsi dari hormon tiroksin adalah mengatur
pertukaran zat metabolisme tubuh dan mengatur pertumbuhan jasmani dan rohani.
Fungsi kelenjar tiroid
sendiri adlah sebagai berikut :
·
Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi
·
Mengatur penggunaan oksidasi
·
Mengatur pengeluara karbon dioksida
·
Metabolik dalam hati pengaturan susunan kimia dalam jaringan
·
Pada anak mempengaruhi fisik dan mental
Kelenjar tiroid menghasilkan
hormon-hormon sbb :
·Tri-iodo-tironin(T3) dan
Tiroksin (T4), berguna untuk merangsang metabolisme zat, katabolisme protein,
dan lemak. Juga meningkatkan produksi panas merangsang sekresi hormon
pertumbuhan, dan mempengaruhi perkembangan sel-sel saraf dan mental pada balita
dan janin. Kedua hormon ini biasa disebut dangan satu nama,yaitu hormon tiroid.
· Kalsitonin : menurunkan
kadar kalsium plasma, denagn meningkatkan jumlah penumpukan kalsium pada
tulang.
Kelenjar Paratiroid
Secara normal ada empat buah
kelenjar paratiroid pada manusia, yang terletak tepat dibelakang kelenjar
tiroid, dua tertanam di kutub superior kelenjar tiroid dan dua di kutub inferiornya.
PTH bekerja langsung pada
tulang untuk meningkatkan resorpsi tulang dan memobilisasi Ca2+. Selain
meningkatkan Ca2+ plasma dan menurunkan fosfat plasma, PTH meningkatkan
ekskresi fosfat dalam urin. Efek fosfaturik ini disebabkan oleh penurunan
reabsorpsi fosfat di tubulus proksimal. PTH juga meningkatkan reabsorpsi Ca2+
di tubulus distal, walaupun ekskresi Ca2+ biasanya meningkat pada
hiperparatiroidisme karena terjadi peningkatan jumlah yang difiltrasi yang
melebihi efek reabsorpsi. PTH juga meningkatkan pembentukan 1,25
dihidroksikolekalsiferol, metabolit vitamin D yang secara fisiologis
aktif. Hormon ini meningkatkan absorpsi
Ca2+ dari usus, tetapi efek ini tampaknya disebabkan hanya akibat stimulasi pembentukan
1,25 dihidroksikolekalsiferol.
Fungsi kelenjar paratiroid :
·
Memelihara konsentrasi ion kalsium yang tetap dalam plasma
·
Mengontrol ekskresi kalsium dan fosfat melalui ginjal
·
Mempercepat absorbsi kalsium di intestin
·
Kalsium berkurang, hormon para tiroid menstimulasi reabsorpsi tulang sehingga
menambah kalsium dalam darah
·
Menstmulasi dan mentransport kalsium dan fosfat melalui mmbran sel
Kelenjar ini menghasilkan
hormon yang sring disebut parathormon, yang berfungsi meningkatkan resorpsi
tulang, meningkatkan reorpsi kalsium, dan menurunkan kadar kalsium darah.
Kelenjar Adrenal ( anak ginjal )
Terdapat 2 buah kelenjar
adrenal pada manusia, dan masing-masing kelenjar terletak diatas ginjal.
Kelenjar adrenal terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian medula adrenal ( bagian
tengah kelenjar adrenal ) dan korteks adrenal ( bagian luar kelenjar ).
Korteks
adrenal memproduksi 3 kelompok hormon steroid, yaitu glukokortikoid dengan
prototipe hidrokortison, mineralokortikoid khususnya aldosteron, dan
hormon-hormon seks khususnya androgen.
Glukokortikoid
berfungsi untuk mempengeruhi metabolisme glukosa, peningkatan sekresi
hidrokortison akan menaikan kadar glukossa darah.
Mineralikortikoid
bekerja meningkatkan absorbsi ion natrium dalam prose pertukaran untuk
mengekresikan ion kalium atau hidrogen.
Hormon seks adrenal (
androgen ) memberikan efek yang serupa dengan efek hormon seks pria.
Medula
adrenal berfungsi sebagai bagian dari saraf otonom. Selain itu juga
menghasilkan adrenalin da noradrenalin. Nor adrenalin menikan tekanan darah
denga jalan merangsang serabut otot di dalam dinding pembuluh darah untuk
berkontraksi, dan adrenalin membantu metabolisme karbohidrat dengan jalan
menambah pengeluaran glukosa dari hati.
Fungsi kelenjar adrenal
korteks :
·
Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam
·
Mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang, dan protein
·
Mempengaruhi aktivitas jaringan limfoid
Fungsi kelenjar adrenal
medula :
·
Vasokontriksi pembuuh darah perifer
·
Relaksasi bronkus
·
Kontraksi selaput lendir dan arteriole
Kelenjar Pankreas
Kelenjar
ini terdapat di belakang lambung didepan vertebra lumbalis I dan II. Sebagai
kelenjar eksokrin akan menghasilkan enzim-enzim pencernaan ke dalam lumen
duodenum. Sedangkan Sebagai endokrin terdiri dari pulau-pulau Langerhans,
menghasilkan hormon. Pulau langerhans berbntuk oval dan tersebar diseluruh
pankreas. Fungsi pulau langerhans sebagai unit sekresi dalam pengeluaran
homeostatik nutrisi, menghambat sekresi insulin, glikogen dan polipeptida. Pada
manusia, mengandung 4 macam sel, yaitu :
- sel
A (atau α) :
menghasilkan glukagon
- sel
B (atau β) :
menghasilkan insulin
- sel
D (atau γ) :
menghasilkan somatostatin
- sel
F (sgt kecil) : menghasilkan polipeptida pankreas
hormon insulin berguna untuk
menurunkan gula darah, menggunakan dan menyimpan karbohidrat. Glukagon
berfungsi untuk menaikan glukosa darah dengan jalan glikolisis. Sedangkan
somatostatin berguna menurunkan glukosa darah dengan melepaskan hormon
pertumbuhan dan glukagon.
Kelenjar Kelamin
Dibagi menjadi 2, yaitu
kelamin pria ( testis ) dan kelamin wanita ( ovarium ). Testis terletak di
skrotum dan menghasilkan hormon testosteron. Hormon ini berfungsi dalam
mengatur perkembangan ciri seks sekunder, dan merangsang pertumbuhan organ
kelamin pria.
Sedangkan
ovarium terdapat pada samping kiri dan kanan uterus, yang menghasilkan
esterogen dan progesteron. Fungsi estrogen adalah pematangan dan fungsi siklus
haid yang normal. Sedangkan fungsi hormon progesteron adalah pemliharaan
kehamilan.
Sistem
Endokrin
Sistem
endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan
hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi
organ-organ lain. Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf,
mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja
untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Bila sistem endokrin umumnya bekerja
melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter yang
dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
Hormon
adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau
organ, yang bertindak sebagai “pembawa pesan” untuk dibawa ke berbagai sel
tubuh, kemudian “pesan” itu diterjemahkan menjadi suatu tindakan. Hormon dalam
jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh yang sangat luas. Hormon yang
dihasilkannya itu dalam jumlah sedikit pada saat dibutuhkan dan dialirkan ke
organ sasaran melalui pembuluh darah.
Dalam hal struktur kimianya,
hormon diklasifikasikan sebagai hormon yang larut dalam air atau yang larut
dalam lemak. Hormon yang larut dalam air termasuk polipeptida (misal insulin,
glukagon, hormon adrenokortikotropik (ACTH), gastrin) dan katekolamin (misal
dopamin, norepinefrin, epinefrin). Hormon yang larut dalam lemak termasuk
steroid (misal estrogen, progesteron, testosteron, glukokortikoid, aldosteron)
dan tironin (misal tiroksin). Hormon yang larut dalam air bekerja melalui
sistem mesenger-kedua, sementara hormon steroid dapat menembus membran sel
dengan bebas.
KLASIFIKASI HORMON
•
Hormon perkembangan / Growth hormone – hormon yang memegang peranan di dalam
perkembangan dan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar gonad.
•
Hormon metabolisme – proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh
bermacammacam hormon, contoh glukokortikoid, glukagon, dan katekolamin.
•
Hormon tropik – dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi
endokrin yakni kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang pertumbuhan folikel
(FSH) pada ovarium dan proses spermatogenesis (LH).
•
Hormon pengatur metabolisme air dan mineral – kalsitonin dihasilkan oleh
kelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.
Organ dari sistem endokrin :
- Hipotalamus
- Kelenjar Hipofisis
- Kelenjar Timus
- Kelenjar Tiroid
- Kelenjar Paratiroid
1. Hipotalamus
Hipotalamus
sebagai bagian dari sistem endokrin mengontrol sintesa dan sekresi
hormon-hormon hipofise. Hipotalamus melepaskan sejumlah hormon yang merangsang
hipofisa. Beberapa diantaranya memicu pelepasan hormon hipofisa dan yang
lainnya menekan pelepasan hormon hipofisa. Hipotalamus terletak di batang otak,
tepatnya di dienchepalon, dekat dengan ventrikel ot ketiga (ventrikulus
tertius) yang berfungsi sebagai pusat tertinggi sistem kelenjar endokrin yang
menjalankan fungsinya melalui humoral (hormonal) dan saraf.
Hormon-hormon hipotalamus
antara lain:
a.
ACTH : Adrenocortico Releasing Hormon
b.
ACIH : Adrenocortico Inhibiting Hormon
c.
TRH : Tyroid Releasing Hormon
d.
TIH : Tyroid Inhibiting Hormon
e.
GnRH : Gonadotropin Releasing Hormon
f.
GnIH : Gonadotropin Inhibiting Hormon
g.
PTRH : Paratyroid Releasing Hormon
h.
PTIH : Paratyroid Inhibiting Hormon
i.
PRH : Prolaktin Releasing Hormon
j.
PIH : Prolaktin Inhibiting Hormon
k.
GRH : Growth Releasing Hormon.
l.
GIH : Growth Inhibiting Hormon
m.
MRH : Melanosit Releasing Hormon
n.
MIH : Melanosit Inhibiting Hormon
2. Hipofisis / Hipofise (Pituitary)
Hipofise
terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii. Berbentuk oval
dengan diameter kira-kira 1 cm dan dibagi atas dua lobus Lobus anterior,
merupakan bagian terbesar dari hipofise kira-kira 2/3 bagian dari hipofise.
Lobus anterior ini juga disebut adenohipofise. Lobus posterior, merupakan 1/3
bagian hipofise dan terdiri dari jaringan saraf sehingga disebut juga
neurohipofise. Hipofise stalk adalah struktur yang menghubungkan lobus posterior
hipofise dengan hipotalamus. Struktur ini merupakan jaringan saraf.
Hipofise
menghasilkan hormon tropik dan hormon nontropik. Hormon tropik akan mengontrol
sintesa dan sekresi hormon kelenjar sasaran sedangkan hormon nontropik akan
bekerja langsung pada organ sasaran.
Kemampuan
hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol langsung aktivitas kelenjar
endokrin lain menjadikan hipofise dijuluki “master of glands”.
3. Kelenjar Timus (Thymus)
Thymus
terletak di dalam mediastinum di belakang os stemum. Hanya dijumpai pada
anak-anak di bawah 18 tahun. Setelah itu kelenjar ini mengecil dan tidak
ditemukan lagi. Kelenjar ini berwarna kemerah-merahan dan terdiri atas 2 lobus.
Beratnya sekitar 10 gram pada bayi yang baru lahir, namun bertambah seriring
masa remaja, yaitu sekitar 30-40 gram, kemudian berkerut lagi setelah dewasa.
Selama masih aktif, kelenjar ini menghasilkan sel darah putih yang disebut
T-lymphocyte.
Sel
ini selanjutnya akan menetap di dalam tubuh dan mempunyai memory atau ingatan
terhadap benda asing yang pemah masuk tubuh dan sel tubuh yang abnormal
(termasuk sel kanker). Jika zat yang sama masuk tubuh maka sel ini akan
memperbanyak dan menetralkan efek zat itu terhadap tubuh. Fungsi ini merupakan
suatu bagian sistem proteksi tubuh atausistem imun (cell mediated immune
system) yang bersifat seluler.
4. Kelenjar Tiroid (Kelenjar Gondok)
Kelenjar
tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan dan sangat vascular.
Terletak di anterior cartilago thyroidea di bawah laring setinggi vertebra cervicalis
5 sampai vertebra thorakalis 1. Kelenjar ini terselubungi lapisan pretracheal
dari fascia cervicalis. Beratnya kira-kira 18-25 gr tetapi bervariasi pada tiap
individu. Kelenjar tiroid sedikit lebih berat pada wanita terutama saat
menstruasi dan hamil.
Lobus
kelenjar tiroid seperti kerucut. Ujung apikalnya menyimpang ke lateral ke garis
oblique pada lamina cartilago thyroidea dan basisnya setinggi cartilago trachea
4-5. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri kanan yang dipisahkan
oleh isthmus. Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan lebih kurang
2 cm, lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus mempunyai lobuli yang
di masing-masing lobuli terdapat folikel dan parafolikuler.
Di
dalam folikel ini terdapat rongga yang berisi koloid dimana hormon-hormon
disintesa.kelenjar tiroid mendapat sirkulasi darah dari arteri tiroidea
superior dan arteri tiroidea inferior. Arteri tiroidea superior merupakan
percabangan arteri karotis eksternal dan arteri tiroidea inferior merupakan percabangan
dari arteri subklavia.Lobus kanan kelenjar tiroid mendapat suplai darah yang
lebih besar dibandingkan dengan lobus kiri. Dipersarafi oleh saraf adrenergik
dan kolinergik. saraf adrenergik berasal dari ganglia servikalis dan kolinergik
berasal dari nervus vagus.
5. Paratiroid (Kelenjar Anak Gondok)
Kelenjar
paratiroid berukuran kecil, kuning kecoklatan oval, biasanya terletak antara
garis lobus posterior dari kelenjar tiroid dan kapsulnya. Ukurannya kira2 6x3x2
mm. Beratnya 50 mg.
Kelenjar ini berjumlah empat
buah, biasanya 2 pada tiap sisi, superior dan inferior. Normalnya paratiroid
posterior bergeser hanya pada kutub paratiroid posterior, tapi bisa juga turun
bersama timus ke thorax atau pada bifurcation karotis.Kelenjar paratiroid
superior letaknya lebih konstan daripada inferior dan biasanya terlihat di
tengah garis posterior kelenjar tiroid walaupun bisa lebih tinggi. Bagian
inferior sangat bervariasi pada beberapa situasi (tergantung perkembangan
embriologisnya) dan bias tanpa selubung fascia tiroid, di bawah arteri tiroid,
atau pada kelenjar tiroid dekat kutub inferior.
Kelenjar
ini terdiri dari dua jenis sel yaitu chief cells dan oxyphill cells. Chief
cells merupakan bagian terbesar dari kelenjar paratiroid, mensintesa dan
mensekresi hormon paratiroid atau parathormon disingkat PTH
(PATOFISIOLOGI
SISTEM ENDOKRIN)
Jenis Penyakit Pada SISTEM ENDOKRIN, METABOLIK, DAN NUTRISI
|
Sumber:
Pathophysiology: Concept of Altered Health States 8th Ed
Sumber:
Dorland’s Pocket Medical Dictionary 25th Ed
|
2.
Diabetes Mellitus Tipe 2
|
Sumber:
Pathophysiology: Concept of Altered Health States 8th Ed
Sumber:
Dorland’s Pocket Medical Dictionary 25th Ed
|
3.
Diabetes Mellitus tipe lain (intoleransi glukosa akibat penyakit lain atau
obat-obatan)
|
Terdiri
dari beberapa jenis:
Sumber:
Dorland’s Pocket Medical Dictionary 25th Ed
|
4.
Ketoasidosis diabetikum nonketotik
|
Definisi:
Hampir selalu hanya dijumpai pada pnegidap diabetes 1, ketoasidosis diabetik
merupakan komplikasi akut yang ditandai dengan perburukan semua gejala
diabetes. Ketoasidosis diabetesik dapat terjadi setelah stres fisik seperti
kehamilan atau penyakit akut atau trauma. Kadang- kadang ketoasidosis
diabetik merupakan gejala adanya diabetes tipe 1.
(Sumber:
Buku saku Patofisiologi Corwin by Elizabeth J. Corwin, Penerbit: EGC, hal.
635)
|
5.
Hiperglikemi hiperosmolar
|
Definisi:
Juga disebut diabetes nonasidotik hiperosmolar, merupakan komplikasi akut
yang dijumpai pada pengidap diabetes tipe 2, dimana gula darah tinggi
mengakibatkan dehidrasi berat, meningkatkan osmolaritas dan resiko tinggi
komplikasi, coma dan kematian.
(Sumber:
Buku saku Patofisiologi Corwin by Elizabeth J. Corwin, Penerbit: EGC, hal.
635.
en.wikipedia.org/wiki/Hyperosmolar_hyperglemic)
|
6.
Hipoglikemia ringan
|
Definisi:
Hipoglikemia (kadar glukosa darah rendah) terjadi pada penyandang diabetes
yang ditangani dengan insulin atau sulfonilurea. Penyandang yang mengalami
eposide hipoglikemia ringan (hipo) paling sering terlihat pucat dan
berkeringat dan mungkin mengalami termor halus. Umumnya pada individu ini
juga terlihat “mata yang berkaca-kaca”. Setiap individu cenderung mengalami
gejala yang sama pada setiap episode hipoglikemia, meskipun gejala ini dapat
berubah setelah periode beberapa tahun.
(Sumber:
Ensiklopedia Keperawatan by Chris Brooker, Penerbit: EGC, hal. 89-90)
|
7.
Hipoglikemia berat
|
Definisi:
Hipoglikemia yang disebabkan oleh overdosis insulin atau asupan kalori yang
tidak adekuat merupakan komplikasi terapi insulin yang paling sering dan
paling serius. Pada keadaan hipoglikemia berat, koma dan kematian akan
terjadi bila pasien tidak diterapi dengan glukosa (secara intravena bila
tidak sadar.
(Sumber:
At a Glance Farmakologi Medis, Penerbit: Erlangga, hal. 79)
|
8.
Diabetes insipidus
|
Definisi:
Diabetes insipidus adalah kelainan lobus posterior dari kelenjar hipofisis
akibat defisiensi vasopresin, hormon antidiuretik (ADH). Diabetes insipidus
ditandai oleh polidipsia dan poliuria. Penyebab diabetes insipidus mungkin
(1) sekunder yang berhubungan dengan trauma kepala, tumor otak, atau
pembedahan ablasi atau iradiasi kelenjar hipofisis, juga infeksi sistem saraf
pusat atau tumor metastasis (payudara,paru); (2) nefrologis yang berhubungan
dengan kegagalan tubulus renalis untuk berespons terhadap ADH; (3) nefrogenik
yang berhubungan dengan obat yang disebabkan oleh berbagai pengobatan (mis.,
litium, demeklosiklin); (4) primer, hereditas, dengan gejala-gejala
kemungkinan saat lahir (kelainan pada kelenjar hipofisis). Penyakit ini tidak
dapat dikontrol dengan membatasi masukan cairan, karena kehilangan volume
urine dalam jumlah yang besar berlanjut terus bahkan tanpa penggantian cairan
sekali pun. Upaya membatasi cairan menyebabkan pasien mengalami suatu
kebutuhan akan cairan yang tiada henti-hentinya dan mengalami hipernatremia
serta dehidrasi berat.
(Sumber:
Keperawatan Medikal-Bedah, Penerbit: EGC, hal. 107)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar