ASUHAN
KEPERAWATAN DERMATITIS
A.Landasan Teoritis
Penyakit
1.Defenisi
Dermatitis adalah peradangan pada
kulit ( imflamasi pada kulit ) yang disertai dengan pengelupasan kulit ari dan
pembentukkan sisik ( Brunner dan Suddart 2000 ). Jadi dermatitis adalah
peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.
2.Klasifikasi
a) Dermatitis
kontak
Dermatitis kontak
adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan
eksternal yang mengenai kulit.
Dermatitis kontaki
terbagi 2 yaitu :
· Dermatitis kontak iritan (mekanisme
non imunologik)
· Dermatitis kontak alergik (mekanisme
imunologik spesifik)
Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan
kontak alergik
No.
|
Dermatitis
kontak iritan
|
Dermatitis
kontak alergik
|
|
1.
|
Penyebab
|
Iritan
primer
|
Alergen
kontak S.sensitizer
|
2.
|
Permulaan
|
Pada
kontak pertama
|
Pada
kontak ulang
|
3.
|
Penderita
|
Semua
orang
|
Hanya
orang yang alergik
|
4.
|
Lesi
|
Batas
lebih jelas
Eritema
sangat jelas
|
Batas
tidak begitu jelas
Eritema
kurang jelas
|
5.
|
Uji Tempel
|
Sesudah
ditempel 24 jam, bila iritan di angkat reaksi akan segera
|
Bila
sesudah 24 jam bahan allergen di angkat, reaksi menetap atau meluas berhenti.
|
b) Dermatitis
atopik
Dermatitis atopik
adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal dan umumnya
sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami
ekskoriasi dan likenifikasi, tempatnya dilipatan atau fleksural..
c) Dermatitis
numularis
Merupakan dermatitis
yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran sebesar uang logam dan
umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
d) Dermatitis
seboroik
Merupakan golongan
kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi, hormon, kebiasaan buruk
dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit dibedakan. Pada muka terdapat
di sekitar leher, alis mata dan di belakang telinga.
Manajemem
keperawatan pada pasien Dermatitis seboroik
a. Sarankan pada pasien untuk menghindari
iritasai dari luar, factor pemicu yang menyebabkan muncul lagi dermatitis
seboroik ulangan, dan menyarankan untuk tidak sering menggaruk area yang gatal.
b. Diskusikan pada pasien untuk menghindari
udara ke kulit dan selalu menjaga kebersihan pelipatan pada kulit dan usahakan
supaya tetap kering.
c. Instruksikan untuk menggunakan shampoo
dan menghindari kebiasaan yang buruk
d. Beritahu pasien bahwa dermatitis seboroik
adalah masalah yang sangat kronik dan tidak tertutup kemungkinan untuk muncul
lagi.
e. Ajarkan pada pasien menempelkan
cara-cara untuk mengghindari dermatitis.
3.Etiologi
Penyebab dermatitis belum diketahui
secara pasti. Sebagian besar merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal
nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa
menyebabkan dermatitis. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. (
Arief Mansjoer.1998.”Kapita selekta” )
Penyebab Dermatitis secara umum
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
a) Luar ( eksogen ) misalnya bahan kimia (
deterjen, oli, semen, asam, basa ), fisik ( sinar matahari, suhu ),
mikroorganisme ( mikroorganisme, jamur).
b) Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis
atopik.
4.Manifestasi
Klinis
Pada umumnya manifestasi klinis
dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama pruritus ( gatal ), kenaikan
suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra dan bibir
), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a) Stadium akut : kelainan kulit berupa
eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
b) Stadium subakut : eritema, dan edema
berkurang, eksudat mengering menjadi kusta.
c) Stadium kronis : lesi tampak kering,
skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak
selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak awal memberi
gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
5.
Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
1. Pemeriksaan
penunjang :
a) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam
intracutan, solusio asetilkolin 1/5000).
b) Percobaan histamin hostat disuntikkan
pada lesi
2. Laboratorium
a) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis,
trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin
b) Urin : pemerikasaan histopatologi
6.
Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Penatalaksanaan medis dan
keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :
a) Terapi sitemik à Pada dermatitis ringan
diberi antihistamin atau kombinasi antihistamin, antiserotonin, antigraditinin,
arit – SRS – A dan pada kasus berat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
b) Terapi topical à Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut
cukup diberi bedak kocok bila kronik diberi saleb.
c) Diet à Tinggi kalori dan tinggi protein
( TKTP ) Contoh : daging, susu, ikan, kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan
lain-lain.
7.
Komplikasi
a) Infeksi saluran nafas atas
b) Bronkitis
c) Infeksi kulit
B. Landasan Teoritis
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.Pengkajian Identitas
Klien
Nama :
MR :
Masuk ke RS :
Tanggal Lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
b. Pengkajian Riwayat
Kesehatan
§ Riwayat kesehatan dahulu
§ Riwayat kesehatan keluarga
§ Riwayat kesehatan sekarang
c. Pemerikasaan
Penunjang
Pengkajian 11
Funggsional Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan
§ Adanya riwayat infeksi sebelumya.
§ Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
§ Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu,
mis., vitamin; jamu.
§ Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
§ Hygiene personal yang kurang.
§ Lingkungan yang kurang sehat, tinggal
berdesak-desakan.
2. Pola Nutrisi Metabolik
§ Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu
makan, berapa kali sehari makan.
§ Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu:
berminyak, pedas.
§ Jenis makanan yang disukai.
§ Nafsu makan menurun.
§ Muntah-muntah.
§ Penurunan berat badan.
§ Turgor kulit buruk, kering, bersisik,
pecah-pecah, benjolan.
§ Perubahan warna kulit, terdapat
bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih.
3. Pola Eliminasi
§ Sering berkeringat.
§ tanyakan pola berkemih dan bowel.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
§ Pemenuhan sehari-hari terganggu.
§ Kelemahan umum, malaise.
§ Toleransi terhadap aktivitas rendah.
§ Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas
ringan
§ Perubahan pola napas saat melakukan
aktivitas.
5. Pola Tidur dan Istirahat
§ Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
§ Mimpi buruk.
6. Pola Persepsi Kognitif
§ Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
§ Pengetahuan akan penyakitnya.
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
§ Perasaan tidak percaya diri atau minder.
§ Perasaan terisolasi.
8. Pola Hubungan dengan Sesama
§ Hidup sendiri atau berkeluarga
§ Frekuensi interaksi berkurang
§ Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran
9. Pola Reproduksi Seksualitas
§ Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan
pasangan.
§ Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap
Stress
§ Emosi tidak stabil
§ Ansietas, takut akan penyakitnya
§ Disorientasi, gelisah
11. Pola Sistem Kepercayaan
§ Perubahan dalam diri klien dalam melakukan
ibadah
§ Agama yang dianut
2.
Asuhan Keperawatan
No.
|
NANDA
|
NOC
|
NIC
|
1.
|
Kerusakan Integritas Kulit
Data Penunjang :
· Kulit luka,
gatal, warna kulit hitam abu2, kering bersisik
· Turgor
kulit jelek
|
Integritas Jaringan: Kulit & Membran Mukosa
·
Sensasi
IER
·
Elestisita
IER
·
Hidrasi
IER
·
Pigmentasi
IER
·
Perspirasi
IER
·
Warna IER
·
Tekstur
IER
|
Pengawasan Kulit
·
Amati
warna, kehangatan (suhu), bengkak, getaran, tekstur, edema, dan nanah pada
ektremitas
·
Periksa
kemerahan, perubahan suhu yang ekstrim, atau drainase dari kulit dan membran
mukosa
·
Pantau
sumber tekanan dan pergeseran
·
Pantau
infeksi, khususnya pada daerah edematous
·
Pantau
area yang tidak berwarna dan memar kulit dan membrane mukosa
·
Pantau
kelainan kekeringan dan kelembaban kulit
·
Periksa
keketatan pakaian
·
Catat perubahan
kulit atau membrane mukosa
·
Tegakkan
ukuran untuk pencegahan lanjutan yang lebih buruk
|
2.
|
Nyeri
Data penunjang :
·
Mengatupkan
rahang / mengepalkan tangan
·
Agitasi
·
Ansietas
·
Perubahan
pola tidur
·
Menarik
diri bila disentuh
·
Mual dan
muntah
·
Gambaran
kurus
|
Kontrol Resiko
·
Klien
melaporkan nyeri berkurang dg scala 2-3
·
Ekspresi
wajah tenang
·
klien
dapat istirahat dan tidur
v/s dbn
|
Manajemen Nyeri :
· Kaji nyeri
secara komprehensif ( lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi ).
· Observasi
reaksi NV dr ketidak nyamanan.
· Gunakan
teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
sebelumnya
· Kontrol
faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
· Pilih dan
lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis).
· Ajarkan
teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..
· Kolaborasi
pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri.
· Evaluasi
tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
· Monitor
TTV
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar